Senin, 15 Februari 2010

Kabut Obsesi Cinta (Chapter 3)

Chapter 3
Cinta Tania Untuk Dira


Terlihat Raka mengibaskan kotoran yang menempel di celana jinsnya. Membetulkan kancing jaket parasutnya hingga menutupi lehernya yang jenjang. Memakai penutup kepala dan syal. Entah mengapa bayangan-bayagan Tania bermain-main lagi di benaknya. Bayangan itu seakan tidak mau pergi.

'Mengapa Tania menolak cintaku?' batinnya lagi. 'Aku harus mendapatkannya. Harus!'
Raka menuruni anak tangga gasebo dan berjalan melewati semak belukar. Langkah terhenti oleh suara canda seseorang yang telah mencuri perhatiannya. Raka berusaha mempertajam pendengaranya. Sepertinya ia kenal betul dengan suara itu. Ya, tidak salah lagi!

Raka berjalan menghampiri sebuah gasebo lain didepannya. Dengan lampu remang dan redup. Ia melihat dua orang anak manusia sedang memadu kasih.

"Tania?" jeritnya, mengerutkan dahi.

"Dira?" lanjutnya terbelalak tak percaya.

Dira terbelalak kaget melihat kehadiran Raka.

"Raka...."

"Kalian ngapain di sini?" tanya Raka menahan gejolak cemburu yang telah membakar di hatinya.

Ternyata Tania mencintai Dira, sahabatnya. Pantas saja Tania menolak cintanya.

"Kamu keterlaluan, Dir! Kamu keterlaluan!" sergah Raka emosi.

"Raka! Apa maksud kamu!"

Raka menarik baju Dira dengan kasar. Matanya melotot tajam menahan kemarahan. Melirik ke arah Tania dengan tatapan mata tajam pula. Sedangkan Tania hanya tertunduk melihat Raka yang tengah kalut. Tania meringkuk ketakutan di tempat duduknya. Matanya hanya sesekali memicing memperhatikan Raka dan Dira.

"Kamu pagar makan tanaman. Kamu tahu kan kalau selama ini aku cinta banget sama Tania."

"Sudahlah, Rak!" tepis Dira. "Tania tidak mencintaimu."

"Hei, kamu pikir kamu hebat?! Sahabat macam apa kamu?!" Raka mempererat tarikan pada kerah baju Dira. Dan dengan kasar dihentaknya tubuh tegap itu hingga terjerembab di atas rerumputan.

Tak lama kemudian Dira bangkit dengan emosi yang membara. "Kamu mau apa sih, Rak?! Kamu tahu diri sedikit, dong. Tania itu tidak mencintai kamu! Tapi mencintai aku!"

"Hei, kurang ajar!" Raka mendorong tubuh Dira. "Yang pertama kali mengenal Tania itu aku! Bukan kamu!"

"Hm... apa kamu lupa, kamu itu tidak pantas mendapatkan Tania. Kamu itu pecundang!"

"Arrghhh...."

Buuuk! Braakkk. Duuk....

Raka memukul tubuh Dira berkali-kali. Dan menghajarnya tanpa ampun. Raka dan Dira terus berkelahi. Saling baku hantam memperebutkan seorang gadis yang sama-sama mereka cintai.

Dira balik memukul Raka dengan keras. Beberapa kali Raka tersungkur dan bangkit dengan tertatih. Dengan terhuyung Raka menghantam wajah Dira. Dan Dira yang sudah kalap juga memukul tubuh Raka dengan kuat hingga ia terpelanting jauh di rerumputan.

"Sudah, Dir! Sudah...! Jangan berkelahi lagi!" Suara Tania terdengar menengahi kegaduhan mereka.

Raka bangkit dengan sakit di sekujur tubuhnya. Semakin terasa sakit saat melihat Tania lebih memperhatikan Dira. Ternyata benar, Tania sama sekali tidak mencintainya.

Raka beringsut dengan mata memar. Hidungnya berdarah dan pelipisnya sobek. Ia sempoyongan di antara semak belukar. Berjalan tertatih dengan langkah yang tidak teratur. Dan mendadak saja ia tergelincir di bebatuan. Terperosok jatuh di dasar bukit. Terguling hingga terpental dan akhirnya terlentang tak sadarkan diri. Ranting-ranting kecil dan berduri menyayat jaket parasutnya.

Jeritan keras Raka membelah sunyi malam di hutan pinus. Bella tercengang di depan unggun yang masih berkobar. Ia bangkit berdiri dan segera mencari asal suara yang telah mengisi hatinya sekian lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar