Chapter 3
Keysha Seruningtyas
Aurel meluncur tenang dengan Honda Jazznya. Jalanan Bandung sepi dari lalu lalang mobil pribadi. Di dalam mobil terdengar Cinta Pertama Dan Terakhir dari Sherina. Sambil memikirkan kira-kira kalimat pembuka yang ingin disampaikannya ke Keysha. Aurel mampir ke rumah bunga, mencari pemanis kado sesuai pesanan Papa. Aurel mengambil satu tangkai bunga tulip putih.
Sisa hujan meninggalkan danau kecil di pelataran Coklut Book Café. Rei baru tahu kalau sepinya lalu lintas ternyata tersedot ke sini.
“Apa sih yang membuat orang-orang rame-rame ke sini? Padahal enakan tidur di rumah.” Batin Aurel.
Parkiran cafe padat dengan mobil pibadi. Aurel mengambil tempat parkir dekat trotoar. Memasuki Coklut Book Café terasa suasana hangat menyambut. Sepertinya tempat ini dikelola dengan baik oleh si pemilik. Kehangatan pribadi si pemilik tercermin dari kehangatan suasana dan keramahan pelayan. Seorang wanita anggun menyapa setiap tamu yang datang di sebelah pintu masuk. Hampir semua space telah terisi. Rupanya hujan membuat orang-orang di sini enggan keluar. Hanya ada satu tempat yang kosong, dipojok ruangan, tempat yang paling enak untuk mengerjakan sesuatu karena tidak terganggu orang lalu lalang. Di meja tertulis…
Exclusive corner
Tempat telah dipesan
Aurel terpaksa mengambil tempat itu sementara. Lagipula Aurel hanya sebentar, nanti kalau orang yang memesan datang, Aurel akan pindah ke tempat lain. Aurel melihat sekeliling, menikmati suasana café yang tenang, aura yang dipancarkan begitu lembut. Aurel kini mengerti kenapa Papa sangat betah menulis di sini berjam-jam. Aurel celingukan. Seorang wanita memperhatikan Aurel sejak kedatangannya beberapa menit lalu.
“Sepertinya wanita yang tadi di depan pintu. Jangan-jangan itu yang namanya Keysha, tapi aku masih ingin santai dulu. Menikmati suasana café yang hangat dan nyaman.” Batin Aurel.
“Selamat malam?” sapa wanita bergaun hitam yang dari tadi memperhatikan Aurel.
“Oh, selamat malam. Maaf saya menempati meja ini. Cuma sebentar kok. Saya sedang menunggu seseorang.”
“Maaf anda ini siapa?”
“Saya Aurelia Cempaka, putri pengarang novel Keajaiban Cinta, beliau sering dikenal sebagai Dhika Fatamorgana.” Aurel mengulurkan tangan.
“Saya Keysha Seruningtyas.” Keysha menyambut tangan Aurel dengan senyum hangat.
Muka Aurel pucat. Rasanya Aurel pernah bertemu orang ini. Dimana? Aurel ingat peristiwa dalam mimpi. Aurel mengalami de javu, kejadian yang terulang.
“Ada apa Aurel? Muka Aurel pucat?”
“Oh, nggak pa-pa kok Tante, mungkin karena Aurel kedinginan.”
“Sudah beberapa hari Andhika tidak kesini, ini tempat favoritnya. Saya selalu mengosongkan tempat ini. Andhika datang setiap saat. Jamnya tidak tentu. Kadang pagi-pagi sekali beliau datang atau sekedar makan siang di sini. Saya sering membiarkannya asyik sendirian berjam-jam bersama notebook. Bagaiman kabar Andhika?”
Keysha Seruningtyas
Aurel meluncur tenang dengan Honda Jazznya. Jalanan Bandung sepi dari lalu lalang mobil pribadi. Di dalam mobil terdengar Cinta Pertama Dan Terakhir dari Sherina. Sambil memikirkan kira-kira kalimat pembuka yang ingin disampaikannya ke Keysha. Aurel mampir ke rumah bunga, mencari pemanis kado sesuai pesanan Papa. Aurel mengambil satu tangkai bunga tulip putih.
Sisa hujan meninggalkan danau kecil di pelataran Coklut Book Café. Rei baru tahu kalau sepinya lalu lintas ternyata tersedot ke sini.
“Apa sih yang membuat orang-orang rame-rame ke sini? Padahal enakan tidur di rumah.” Batin Aurel.
Parkiran cafe padat dengan mobil pibadi. Aurel mengambil tempat parkir dekat trotoar. Memasuki Coklut Book Café terasa suasana hangat menyambut. Sepertinya tempat ini dikelola dengan baik oleh si pemilik. Kehangatan pribadi si pemilik tercermin dari kehangatan suasana dan keramahan pelayan. Seorang wanita anggun menyapa setiap tamu yang datang di sebelah pintu masuk. Hampir semua space telah terisi. Rupanya hujan membuat orang-orang di sini enggan keluar. Hanya ada satu tempat yang kosong, dipojok ruangan, tempat yang paling enak untuk mengerjakan sesuatu karena tidak terganggu orang lalu lalang. Di meja tertulis…
Exclusive corner
Tempat telah dipesan
Aurel terpaksa mengambil tempat itu sementara. Lagipula Aurel hanya sebentar, nanti kalau orang yang memesan datang, Aurel akan pindah ke tempat lain. Aurel melihat sekeliling, menikmati suasana café yang tenang, aura yang dipancarkan begitu lembut. Aurel kini mengerti kenapa Papa sangat betah menulis di sini berjam-jam. Aurel celingukan. Seorang wanita memperhatikan Aurel sejak kedatangannya beberapa menit lalu.
“Sepertinya wanita yang tadi di depan pintu. Jangan-jangan itu yang namanya Keysha, tapi aku masih ingin santai dulu. Menikmati suasana café yang hangat dan nyaman.” Batin Aurel.
“Selamat malam?” sapa wanita bergaun hitam yang dari tadi memperhatikan Aurel.
“Oh, selamat malam. Maaf saya menempati meja ini. Cuma sebentar kok. Saya sedang menunggu seseorang.”
“Maaf anda ini siapa?”
“Saya Aurelia Cempaka, putri pengarang novel Keajaiban Cinta, beliau sering dikenal sebagai Dhika Fatamorgana.” Aurel mengulurkan tangan.
“Saya Keysha Seruningtyas.” Keysha menyambut tangan Aurel dengan senyum hangat.
Muka Aurel pucat. Rasanya Aurel pernah bertemu orang ini. Dimana? Aurel ingat peristiwa dalam mimpi. Aurel mengalami de javu, kejadian yang terulang.
“Ada apa Aurel? Muka Aurel pucat?”
“Oh, nggak pa-pa kok Tante, mungkin karena Aurel kedinginan.”
“Sudah beberapa hari Andhika tidak kesini, ini tempat favoritnya. Saya selalu mengosongkan tempat ini. Andhika datang setiap saat. Jamnya tidak tentu. Kadang pagi-pagi sekali beliau datang atau sekedar makan siang di sini. Saya sering membiarkannya asyik sendirian berjam-jam bersama notebook. Bagaiman kabar Andhika?”
***
Aurel menceritakan kondisi Papa yang harus menjalani istirahat di rumah. Papa harus mengurangi aktivitas di luar, sementara kegiatan menulis dilakukan dirumah.
“Ini ada titipan buat Tante Keysha. Saya mohon diri, saya harap Tante mau menerima, saya permisi dulu. Selamat malam.”
“Terima kasih, Maaf sudah merepotkan Aurel. Selamat malam. Hati-hati di jalan Aurel.” Keysha mengantar Aurel sampai keluar. Sejenak Keysha terpaku sampai Aurel berlalu.
Di Exclusive Corner, Keysha mencium wangi lembut setangkai tulip yang diletakkan di atas bingkisan merah. Di dalam kotak terdapat sebuah novel karya Dhika Fatamorgana yang belum jadi. Sampul depan tertulis serangkaian kata tepat di bawah judul :
“Ini ada titipan buat Tante Keysha. Saya mohon diri, saya harap Tante mau menerima, saya permisi dulu. Selamat malam.”
“Terima kasih, Maaf sudah merepotkan Aurel. Selamat malam. Hati-hati di jalan Aurel.” Keysha mengantar Aurel sampai keluar. Sejenak Keysha terpaku sampai Aurel berlalu.
Di Exclusive Corner, Keysha mencium wangi lembut setangkai tulip yang diletakkan di atas bingkisan merah. Di dalam kotak terdapat sebuah novel karya Dhika Fatamorgana yang belum jadi. Sampul depan tertulis serangkaian kata tepat di bawah judul :
(Penantian Cinta Sejati)
Sebagian diriku ada yang hilang ribuan tahun lalu
Kini telah kutemukan
Kepingannya masih seperti dulu
Kutemukan diantara tumpukan dunia yang mulai lusuh
Aku mencari dimana dahagaku akan berakhir
Tak jua kutemui oase atas lelahnya perjalanan
Kejenuhan ini telah menyesakkan dada
Menghabiskan stok air mata manusia rapuh seperti diriku
Sebuah gambar puzzle menunggu satu keping untuk menjadi sempurna
Akankah puzze itu sempurna?
Andhika Kusuma selalu punya cara untuk meraih hati Keysha. Sekalipun akan menjadi manusia bodoh.
“Puzzle itu akan sempurna Andhika.” Keysha melelehkan air mata pertama untuk Andhika, wangi tulip putih menjadi antiklimaks tiga dekadenya.
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar