Selasa, 29 Desember 2009

Pastikan Dia Jangan Menunggu (1)

Chapter 1
Si Petasan Injak


“Bang Virgo!”

Petasan injak itu lagi!

“Lho, kok Bang Virgo begitu sih ?” Beby menarik kursi mendekati Virgo.

“Aku kan nggak pernah dapat B, selalu C. Itu juga setelah belajar sampai jungkir balik-banting tulang segala.”

“Kalau nggak bisa kimia, kenapa nekat masuk Perminyakan ?”

“Kalau nggak masuk Perminyakan, nggak bakalan ketemu Bang Virgo dong ?” Beby tersenyum manis.

Gadis ini! Gerutu Virgo dalam hati. Selalu saja bisa menangkis semua kata-katanya. Virgo menoleh. Menatap ke arah Beby sekilas. Gadis itu bahkan tidak menyadari kalau kehadirannya benar-benar mengganggu konsentrasi Virgo.

“Kesini cuma mau lapor hasil ujianmu doang?”

“Bang Virgo keberatan aku datang kesini, ya?” Beby menatapi wajah tampak samping Virgo. Cowok itu masih saja menatap lurus ke arah kanvasnya.

“Kamu itu, ditanya kok malah balik nanya sih ?” tegur Virgo.

Beby terkekeh. “Habis, Bang Virgo nanyanya kaya’ mau ngusir gitu.”

Aku memang mau mengusirmu! Geram Virgo dalam hati. Setiap Beby muncul, lukisannya pasti terbengkalai. Tidak pernah selesai. Ada-ada saja permintaan gadis itu. Minta diajari kimia. Mencari buku. Kaset. Nonton bioskop. Segalanya, bahkan sampai makan. Dan dengan caranya sendiri, Beby selalu berhasil membuat Virgo menuruti keinginannya.

“Bang Virgo sudah makan?”

“Sudah.”

“Aku belum. Temenin aku makan keluar, yuk.”

“Aku lagi sibuk ngelukis.” tolak Virgo.

“Ntar kan bisa diterusin lagi. Ayo dong, Bang Virgo! Nggak kasihan apa ngeliat Beby kelaperan?”

“Kamu kan bisa makan sendiri.”

“Ah, mana enak makan nggak ada temennya.”

“Kenapa nggak makan dulu sebelum kesini sih ?” gerutu Virgo tanpa menyembunyikan rasa kesalnya.

“Aku mau traktir Bang Virgo. Kan ujianku dapat B karena diajari Bang Virgo.”

“Aku nggak minta bayaran. Simpan aja uangmu.”

“Bang Virgo kok menolak niat baik orang, sih?”

“Lukisanku belum selesai, Beby!”

“Kan bisa dilanjutin lagi nanti. Aku temenin, deh.”

“Nggak usah,” tolak Virgo cepat.

“Ntar malah nggak selesai lagi.”

1 komentar:

  1. Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak mengetahui apapun yang dihadapinya.
    Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.
    Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama. Hati anak-anak manusiapun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati.

    Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.
    Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.
    Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.
    Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.
    Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.
    Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
    Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.
    Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.
    Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.

    BalasHapus