Chapter 4
Si Iseng Reza
Chacha mengobrak-abrik isi tasnya. “Aduh mana sih dompet gue, perasaan gue taruh di dalam sini deh. Kok nggak ada sih. Aduh siapa sih yang iseng ngumpetin.”
“Heh, surat siapa nih? Pasti ada yang iseng ngerjain gue nih. Pasti Jadul banget nih orang, hari gini masih surat-surataan.” Tanya Chacha dalam hati.
“Woyyy!!”
“Ahhh! Sialan, kaget gue!”
“Hehehe, sorry tuan putri!” Jawab Reza.
“Good doggy!”
“Huh! Jahat banget sih lo Cha. Masa’ gue disamain sama anjing sih. Muka gue keren gini, ya sebelas duabelas lah sama Pasha Ungu.” Jawab Reza narsis.
Chacha tertawa melihat kelakuan sahabatnya sejak kecil itu. Reza memang tidak pernah berubah.
“Sorry deh! Gue kan Cuma bercanda, Za! Jangan marah dong!”
“Iya gue marah banget sama lo. Kecuali Lo mau traktir gue makan, baru gue mau maafin lo!” Jawaban Reza membuat Chacha ketawa.
“Beres deh!!!” Chacha tersenyum pada Reza.
“Hmm… surat dari siapa tu? Baru seminggu lo di sekolah ini udah punya secreet admirer.” Tanya Reza.
“Gue juga nggak tahu. Surat nyasar kali, masa’ dia bilang dia suka sama gue.”
“Waduh, kasian banget tuh cowok ya. Masa’ bisa suka sama Lo sih?”
“Kenapa memangnya?” Tanya Chacha.
“Kaya’nya gue harus bawa tuh cowok ke dokter spesialis mata deh, kok bisa-bisanya dia naksir lo. Atau mungkin dia khilaf kali ya?”
“Arghh… sialan lo!! Emangnya gue sejelek itu apa, sampe nggak pantes buat disukain cowok?” Chacha memukul lengan Reza dan Reza hanya menjerit kecil.
“Emang iya.” Jawab Reza sambil berlari meninggalkan Chacha yang sedang mengamuk.
“Awas lo, gue nggak jadi traktir lo makan!” Teriak Chacha pada Reza yang sudah berlari meninggalkannya.
“Nggak pa-pa, dompet lo kan udah sama gue!” Teriak Reza sambil melambai-lambaikan dompet Chacha.
“Rezaaa!!! Balikin dompet gue!!!” Teriak Chacha lagi.
“Emang ada yang naksir gue di sekolah ini atau ada yang iseng ngerjain gue ya? Ah, bodo’ amat gitu aja dipikirn.” Tanya Chacha dalam hati sambil memasukkan surat itu ke kantong baju seragamnya.
Si Iseng Reza
Chacha mengobrak-abrik isi tasnya. “Aduh mana sih dompet gue, perasaan gue taruh di dalam sini deh. Kok nggak ada sih. Aduh siapa sih yang iseng ngumpetin.”
“Heh, surat siapa nih? Pasti ada yang iseng ngerjain gue nih. Pasti Jadul banget nih orang, hari gini masih surat-surataan.” Tanya Chacha dalam hati.
“Woyyy!!”
“Ahhh! Sialan, kaget gue!”
“Hehehe, sorry tuan putri!” Jawab Reza.
“Good doggy!”
“Huh! Jahat banget sih lo Cha. Masa’ gue disamain sama anjing sih. Muka gue keren gini, ya sebelas duabelas lah sama Pasha Ungu.” Jawab Reza narsis.
Chacha tertawa melihat kelakuan sahabatnya sejak kecil itu. Reza memang tidak pernah berubah.
“Sorry deh! Gue kan Cuma bercanda, Za! Jangan marah dong!”
“Iya gue marah banget sama lo. Kecuali Lo mau traktir gue makan, baru gue mau maafin lo!” Jawaban Reza membuat Chacha ketawa.
“Beres deh!!!” Chacha tersenyum pada Reza.
“Hmm… surat dari siapa tu? Baru seminggu lo di sekolah ini udah punya secreet admirer.” Tanya Reza.
“Gue juga nggak tahu. Surat nyasar kali, masa’ dia bilang dia suka sama gue.”
“Waduh, kasian banget tuh cowok ya. Masa’ bisa suka sama Lo sih?”
“Kenapa memangnya?” Tanya Chacha.
“Kaya’nya gue harus bawa tuh cowok ke dokter spesialis mata deh, kok bisa-bisanya dia naksir lo. Atau mungkin dia khilaf kali ya?”
“Arghh… sialan lo!! Emangnya gue sejelek itu apa, sampe nggak pantes buat disukain cowok?” Chacha memukul lengan Reza dan Reza hanya menjerit kecil.
“Emang iya.” Jawab Reza sambil berlari meninggalkan Chacha yang sedang mengamuk.
“Awas lo, gue nggak jadi traktir lo makan!” Teriak Chacha pada Reza yang sudah berlari meninggalkannya.
“Nggak pa-pa, dompet lo kan udah sama gue!” Teriak Reza sambil melambai-lambaikan dompet Chacha.
“Rezaaa!!! Balikin dompet gue!!!” Teriak Chacha lagi.
“Emang ada yang naksir gue di sekolah ini atau ada yang iseng ngerjain gue ya? Ah, bodo’ amat gitu aja dipikirn.” Tanya Chacha dalam hati sambil memasukkan surat itu ke kantong baju seragamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar