Chapter 5
Jangan-Jangan???
“Cha!”
“Apa?” Chacha memandang Helen sambil menyuapkan baksonya.
“Gue boleh nanya nggak?”
“Kenapa sih lo, Len? Sejak kapan lo mau nanya aja harus ijin gue dulu?”
“Ya, gue takut aja kalo’ lo marah kalo’ gue nanyain ini.”
“Emang Lo mau nanya apa sih?”
“Lo pacaran sama si Reza?” Tanya Helen yang mengundang tawa Chacha.
“Kok lo ketawa sih, emangnya pertanyaan gue lucu apa?” Dahi Helen sampai berkerut mendengar tawa Chacha.
“Lo tuh yang lucu, kenapa juga lo nanya begituan?” Pertanyaan Helen dijawab Chacha dengan pertanyaan juga.
“Ya nggak pa-pa sih, nanya doang. Jadi, lo pacaran nggak sih sama si Reza?”
“Ya ampun Helen, Reza itu sahabat gue kali.”
“Sahabat? Bukannya lo baru kenal dia seminggu?”
Chacha tertawa lagi. “Reza itu sahabat gue dari kecil. Kita itu emang deket banget, udah kaya’ adek – kakak gitu. Gue juga nggak tahu kenapa dia pindah sekolah disini.”
“Ohh…” Helen mengangguk.
Chacha tersenyum. Dia menoleh ke arah kiri. “Nah, tuh si Reza! Kesempatan bagus nih.”
“Reza! Sini Lo!” Panggil Chacha. Reza dan dua orang temannya pun berjalan menuju tempat duduk Chacha dan Helen.
“Aduh Chacha, ngapain sih lo pake manggil dia segala?”
“Kenapa emangnya? Nggak pa-pa kali.” Chacha tersenyum nakal!
“Kita boleh gabung nggak nih, Cha?” Tanya Reza.
“Ya bolehlah, Makanya gue panggil lo kesini!” Chacha berdiri, mengambil tempat di sebelah Helen dan memberi tempat duduknya pada Reza dan kedua temannya.
“Cha… Len… kenalin nih temen-temen gue. Ini Putra… yang ini Valent!” Reza memperkenalkan satu-persatu temannya.
“Ya ampun Cha, cakep banget si Reza!” Helen berbisik kepada Chacha.
“Pasti kalian lagi ngomongin gue kan?” Tuduh Reza.
“Idih GR banget!” Jawab Chacha cuek.
“Za, gue mau kasih tahu Lo sesuatu!”
“Apaan?” Tanya Reza penasaran.
“Ada yang titip salam buat lo!” Jawab Chacha.
“Masa’ sih? Lo juga!”
“Gue serius kali, Za!”
“Lo pikir gue becanda apa?”
Sepertinya obrolan itu seperti milik Chacha dan Reza. Helen, Putra dan Valent hanya sebagai pendengar setia saja.
“Cha… tuh!!!” Reza memonyongkan bibirnya ke arah kanan.
Mereka berlina serentak menoleh. Kemudian mata mereka berempat bertumpu ke arah Chacha.
“Apa?” Tanya Chacha yang langsung melotot ke arah Reza.
“Aduh gawat nih, ketahuan deh. Jangan-jangan Reza tahu nih, kalo’ gue suka sama Ryan! Awal Lo Za!” Gerutu Chacha dalam hati.
“Apaan sih? Kenapa lo semua pada ngeliatin gue kaya’ gitu? Iya gue tahu kok, kalo’ gue tu cantik.” Kata Chacha sambil tertawa kecil.
“Idih PD!!” Serentak Helen, Reza, Putra dan Valent menjawab.
Akhirnya, pecahlah tawan lima sekawan itu.
Jangan-Jangan???
“Cha!”
“Apa?” Chacha memandang Helen sambil menyuapkan baksonya.
“Gue boleh nanya nggak?”
“Kenapa sih lo, Len? Sejak kapan lo mau nanya aja harus ijin gue dulu?”
“Ya, gue takut aja kalo’ lo marah kalo’ gue nanyain ini.”
“Emang Lo mau nanya apa sih?”
“Lo pacaran sama si Reza?” Tanya Helen yang mengundang tawa Chacha.
“Kok lo ketawa sih, emangnya pertanyaan gue lucu apa?” Dahi Helen sampai berkerut mendengar tawa Chacha.
“Lo tuh yang lucu, kenapa juga lo nanya begituan?” Pertanyaan Helen dijawab Chacha dengan pertanyaan juga.
“Ya nggak pa-pa sih, nanya doang. Jadi, lo pacaran nggak sih sama si Reza?”
“Ya ampun Helen, Reza itu sahabat gue kali.”
“Sahabat? Bukannya lo baru kenal dia seminggu?”
Chacha tertawa lagi. “Reza itu sahabat gue dari kecil. Kita itu emang deket banget, udah kaya’ adek – kakak gitu. Gue juga nggak tahu kenapa dia pindah sekolah disini.”
“Ohh…” Helen mengangguk.
Chacha tersenyum. Dia menoleh ke arah kiri. “Nah, tuh si Reza! Kesempatan bagus nih.”
“Reza! Sini Lo!” Panggil Chacha. Reza dan dua orang temannya pun berjalan menuju tempat duduk Chacha dan Helen.
“Aduh Chacha, ngapain sih lo pake manggil dia segala?”
“Kenapa emangnya? Nggak pa-pa kali.” Chacha tersenyum nakal!
“Kita boleh gabung nggak nih, Cha?” Tanya Reza.
“Ya bolehlah, Makanya gue panggil lo kesini!” Chacha berdiri, mengambil tempat di sebelah Helen dan memberi tempat duduknya pada Reza dan kedua temannya.
“Cha… Len… kenalin nih temen-temen gue. Ini Putra… yang ini Valent!” Reza memperkenalkan satu-persatu temannya.
“Ya ampun Cha, cakep banget si Reza!” Helen berbisik kepada Chacha.
“Pasti kalian lagi ngomongin gue kan?” Tuduh Reza.
“Idih GR banget!” Jawab Chacha cuek.
“Za, gue mau kasih tahu Lo sesuatu!”
“Apaan?” Tanya Reza penasaran.
“Ada yang titip salam buat lo!” Jawab Chacha.
“Masa’ sih? Lo juga!”
“Gue serius kali, Za!”
“Lo pikir gue becanda apa?”
Sepertinya obrolan itu seperti milik Chacha dan Reza. Helen, Putra dan Valent hanya sebagai pendengar setia saja.
“Cha… tuh!!!” Reza memonyongkan bibirnya ke arah kanan.
Mereka berlina serentak menoleh. Kemudian mata mereka berempat bertumpu ke arah Chacha.
“Apa?” Tanya Chacha yang langsung melotot ke arah Reza.
“Aduh gawat nih, ketahuan deh. Jangan-jangan Reza tahu nih, kalo’ gue suka sama Ryan! Awal Lo Za!” Gerutu Chacha dalam hati.
“Apaan sih? Kenapa lo semua pada ngeliatin gue kaya’ gitu? Iya gue tahu kok, kalo’ gue tu cantik.” Kata Chacha sambil tertawa kecil.
“Idih PD!!” Serentak Helen, Reza, Putra dan Valent menjawab.
Akhirnya, pecahlah tawan lima sekawan itu.
***
“Please, jangan tanya… jangan tanya…” Batin Chacha.
“Cha, kenapa si Reza suruh lo liat si Ryan?”
“Aduh, dia nanya kan! Jawab apaan gue?” Batin Chacha.
“Hmm… gue juga nggak tahu!” Jawab Chacha sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Jangan bo’ong deh Cha! Burlan kasih tahu gue!”
“Eh, tuh Bu Miranda udah dateng!” Kata Chacha ketika melihat Bu Miranda yang sedang berjalan menuju kelas mereka.
“Piuhh… untung aja ada Bu Miranda, kalo’ nggak pasti si Helen bakalan maksa gue buat cerita!” Batin Chacha.
Chacha memandang Helen, terpancar rasa tidak puas di wajahnya.
“Sorry Len, gue nggak bisa cerita sekarang!” Sesalnya dalam hati.
“Cha, kenapa si Reza suruh lo liat si Ryan?”
“Aduh, dia nanya kan! Jawab apaan gue?” Batin Chacha.
“Hmm… gue juga nggak tahu!” Jawab Chacha sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Jangan bo’ong deh Cha! Burlan kasih tahu gue!”
“Eh, tuh Bu Miranda udah dateng!” Kata Chacha ketika melihat Bu Miranda yang sedang berjalan menuju kelas mereka.
“Piuhh… untung aja ada Bu Miranda, kalo’ nggak pasti si Helen bakalan maksa gue buat cerita!” Batin Chacha.
Chacha memandang Helen, terpancar rasa tidak puas di wajahnya.
“Sorry Len, gue nggak bisa cerita sekarang!” Sesalnya dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar