Chapter 1
Dia Yang Selalu Ada Untukku
Angin sore berhembus dengan lembut, membungkus diriku dalam hangatnya udara musim panas. Aku melepaskan sandalku dan menjinjingnya. Aku suka merasakan pasir-pasir lembut ini masuk ke sela-sela jariku, merasakan kakiku tertimbun olehnya. Deburan ombak yang berdesir mengikuti irama langkahku terdengar seperti musik di telingaku.
Di sebelahku, Aditya menghirup dalam-dalam udara pantai yang segar dan menentramkan jiwa. Rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan ditiup angin dan menari-nari menutupi sebagian wajahnya. Ia tidak berubah sama sekali sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Aku tidak dapat mengingat kapan terakhir kali aku merasa sedamai ini....
Aku pertama kali bertemu dengan Aditya di pantai ini. Hari itu, Adit – begitu panggilanku untuknya, terlihat seperti mahasiswa Indonesia kebanyakan yang bersekolah di Australia. Dalam balutan jeans yang digulung sampai lutut dan kaos putih, ia terlihat santai dan tanpa beban. Dan justru hal itulah yang menarik perhatianku kepadanya.
Perkenalan kami berlanjut ke barter nomor handphone dan alamat, dan tidak lama kemudian kami pun menjadi sahabat karib. Kepadanya yang santai dan easy-going, aku dapat mencurahkan semua masalahku, terutama mengenai pacarku yang sedang bekerja di Indonesia.
Segala kekhawatiranku, kekesalanku dan kecurigaanku pun dihapus Adit dengan mudah melalui canda tawa dan saran-saran yang diberikannya. Kepadanya aku juga menceritakan bebanku sebagai anak tertua di keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki sama sekali—bagaimana aku harus sekolah tinggi demi meneruskan usaha Papa, dan pada saat bersamaan menjadi teladan bagi adik-adikku yang sudah tidak memiliki seorang Mama.
Forgetting Sarah Marshall
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar