Selasa, 12 Januari 2010

Tak Seperti Janji Matahari (1)

Chapter 1
Penyelamat Jiwa-ku


Empat tahun telah berlalu. Aku harus kembali ke kota kelahiranku. Janjiku pada Papa dan Mama sudah kutepati, bahwa aku akan menyelesaikan SMA-ku di Yogya dengan hasil gemilang, bukan seperti saat SMP dulu. Berbagai macam pelanggaran kulakukan saat itu, membuatku terpaksa diungsikan ke kota Bang Ryan, demi masa depanku, demikian kata mereka. Sebenarnya, itu tak perlu, sebab aku sudah menyadari segala kesalahanku, dan bersiap untuk memperbaikinya, namun semua sudah terlambat.

Mereka sudah memesan tiket pesawat untukku. Membuatku harus meninggalkan semua teman sejak masa kecilku, dan juga Helen, yang bisa dibilang ‘Penyelamat Jiwa’ ku. Helen yang nggak pernah bosan- bosannya ngingetin aku bahwa ngerokok itu nggak baik, yang nggak pernah bosan nemenin aku meski aku lagi teler berat akibat terlalu banyak nenggak minuman beralkohol.

Helen yang selalu ngomong bahwa aku masih SMP. Helen yang kakak kelasku, jauh di atasku. Dia kukenal saat aku bolos sekolah, dan terpaksa sembunyi di kantin SMA-nya yang hanya dipisahkan oleh tembok pagar setinggi dua meter dari SMP tempat aku menuntut ilmu. Saat itu aku baru kelas 2 SMP, dan Helen kelas 2 SMA.

Badanku yang memang tinggi besar bisa mengecoh cewek-cewek, kalau aku tidak sedang mengenakan seragam putih biru.

“Hei… Lo lagi ngapain jongkok di situ?!” Aku masih ingat bener ucapan Helen pertama kali saat kami ketemu. Aku sedang dikejar satpam sekolah yang tanpa sengaja melihatku tengah memanjati pagar untuk kabur dari pelajaran Matematika yang sangat kubenci.

“Anuuu…..” aku tak tahu harus menjawab apa. Sudah aku kelihatan
bego sedang jongkok di bawah meja makan kantin, dipelototin pula sama cewek cakep!!

“Pasti dikejar satpam sekolah Lo itu, kan?” katanya lagi. Namun, saat satpam sekolahku tiba di situ, dan bertanya apakah ada anak SMP yang ke situ, Helen hanya menggelengkan kepalanya, cuek.

“Kok nggak ngasih tahu kalau Gue di sini sama satpam?” tanyaku heran.

“Nggak kenapa-kenapa, Gue cuma nggak suka sama satpam sekolah Lo itu. Sok galak!” jawabnya enteng. Sialan! Aku udah geer dari tadi, kirain dia suka aku, nggak taunya...

“Eh, Kak.... siapa sih namanya?”

“Helen,” jawabnya tanpa menghentikan acara nyapu lantainya

“Kak Helen, thanks ya... Gue cabut dulu!” Aku lalu beranjak pergi, keluar dari sekolah Helen lewat parit yang menghubungkan sekolah itu dengan sebuah pusat pertokoan.

Sebenarnya, pergaulanku mulai nggak bener setelah aku kenal anak-anak ‘Genk Rockets’. Mereka adalah kumpulan anak putus sekolah yang berusia seperti aku, ada juga beberapa yang sedikit lebih tua di atasku. Kerjanya tiap hari hanya malakin anak-anak SMP, juga SMA, untuk membeli minuman keras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar