Chapter 1
Kejutan Untuk Chacha
Kalau sepagi ini terdengar riuh rutinitas di lantai bawah yang asalnya dari ruang dapur, tentulah bukan hal yang lumrah. Masih terlalu pagi. Bahkan terlalu pagi sekadar menjalankan aktivitas semisal mengebulkan asap kompor buat sarapan sekalipun. Tapi hari ini semuanya jadi aneh. Nyaris seluruh penghuni ‘Kost’ grasa-grusu seperti hendak menyambut kedatangan makhluk dari Planet Mars. Sibuknya luar biasa.
Acara tidurnya terganggu. Padahal, jarang-jarang ia memiliki waktu luang untuk dipakai tidur senyenyak-nyenyaknya. Masa liburan sebulan sekolah lalu pun tak pernah dikecapnya dengan nyaman seperti gadis-gadis penghuni Kost lainnya. Sebab ia mesti kerja sambilan untuk menambah biaya sekolahnya. Kesadaran yang datangnya dari lubuk hati atas kondisi keluarganya yang pas-pasan di daerah. Mungkin dia kurang beruntung terlahir dalam keluarga sederhana di Bandung, tapi ia masih tetap bersyukur karena terlahir dalam keadaan sempurna lahir dan batin.
“Ada kejadian apa sih, Beb?" tanya Chacha pada Beby, sahabatnya yang tinggal bersebelahan kamar dengannya. Sembari mengucek-ngucek mata, gadis yang masih mengantuk dan sesekali menguap itu bertanya sesaat setelah turun dari lantai atas.
“Ada acara makan-makan ya, Beb?”
Beby menggeleng cuek. Sama sekali tidak berminat menanggapi kebingungan Chacha. Pertanyaan gadis bertubuh mungil itu dijawabi dengan satu kibasan tangan. Dan gadis tajir asal Surabaya itu terus saja bergelut dengan kegiatannya yang super-sibuk di dapur. Membersihkan piring-piring dan gelas-gelas yang sudah berdebu di lemari dapur, satu-satunya aset ‘Kost-Kost’an yang ditinggal pemiliknya untuk penghuni kost yang baru.
Chacha masih tercenung di ujung tangga setelah turun buru-buru tadi dengan daster yang masih melekat di badan. Alisnya mengernyit. Diliriknya jam dinding yang tergantung di atas bingkai pintu utama. Jarum pendek masih menunjuk tepat di angka enam. Biasanya juga kalau jam-jam begini gadis-gadis itu masih pada ngorok. Ih, boro-boro bikin sarapan. Menyentuh air di kamar mandi saja rasanya ogah!
Tapi hari ini memang lain. Pasti ada 'something wrong'. Kalau tidak, mana mungkin nona-nona tajir itu mau kompakan bangun pagi dan bersibuk-sibuk ria dengan senang hati di dapur. Tentu saja. Buktinya tadi, saking sibuknya, Beby yang nyinyir itu malah tidak punya waktu untuk menjelaskan ‘what happen in kitchen’.
“Beb...”
“Sorry. Gue sibuk.”
“Tapi....”
“Udah deh, Cha. Lo tidur aja sana. Jangan ganggu kita-kita!”
“Gue bantuin, ya?”
“Jangan. Kita-kita di sini nggak butuh PRT lagi.”
Chacha tersenyum geli. “Hei, emangnya gue babu apa?”
Beby hanya tersenyum sebentar sebelum melanjutkan kegiatannya yang ‘misterius’. Chacha mengedikkan bahunya tanda tidak paham. ‘Kita-kita’ yang dimaksud cewek tajir asal Surabaya tadi adalah geng rumpi ‘Kost-Kost’an; Helenia Tiara Azizah, Natasya Permata, Aurelia Cempaka, Syafania Kirana, dan Beby Galia putri. Heh, sejak kapan nona-nona tajir itu tiba-tiba dengan suka rela tanpa dipaksa-paksa mau bekerja ala PRT?
Chacha masih menggeleng tidak mengerti, dan baru saja hendak menapaki undakan naik tangga ketika berpapasan dengan Bik Narti yang berjalan turun dari lantai atas.
“Eh, Bik Narti...,” Chacha mengurungkan niatnya ke lantai atas, hendak meneruskan tidurnya yang terganggu gaduh ‘misterius’ sahabat satu ‘kost-kost’an dengannya. Dijawilnya pundak pembantu wanita yang mengurusi keperluan penghuni Kost.
“Ya, ada apa, Non Chacha?”
“Ada acara apaan sih, Bik Narti? Kok, kelihatannya mereka sibuk banget?”
“Lho, Non Chacha nggak tahu?” Wanita separo baya itu seperti terperanjat.
“Apa Non Chacha belum diberitahu sama anak-anak kalau acara siang nanti....”
“Acara?!” Chacha membeliak.
“Acara apaaan?!”
“Acara ulangtahun. Kan hari ini ulangtahun Non Chacha?”
“Hah?!” Chacha nyaris terjatuh dari tangga saking kaget.
“U-ulangtahun gue?! Ya, ampun!”
“Non Chacha lupa, ya?”
“Tapi, kok mereka yang sibuk sih, Bik Narti?!”
“Ya, tentu saja mereka sibuk, Non Chacha. Soalnya, mereka kan sudah diwanti-wanti sama Den Ryan untuk bikin acara ulangtahun Non Chacha hari ini.”
Astaga!
Ia sendiri lupa kalau hari ini merupakan hari ulangtahunnya. Dan cowok bernama ‘RYAN’ itu mengingatnya! Bahkan hendak merayakannya secara diam-diam siang nanti untuknya!
“Ry… Ryan?!”
”Ya, Den Ryan. Putra sulung Ibu Olivia. Non Chacha sudah kenal, kan?”
Kepala Chacha mendadak berdenyar. Dicengkeramnya pegangan tangga erat-erat. Ryan?! Adrian Yudhistira?! Rasa-rasanya kepalanya hendak pecah dipenuhi serpihan-serpihan kenangan lama. Tubuhnya serasa limbung.
“Non Chacha, Non Chacha!” Bik Narti tercenung tidak mengerti.
“Non Chacha nggak apa-apa, kan?”
Chacha menggeleng. Meneruskan langkah menuju kamarnya di lantai atas.
Forgetting Sarah Marshall
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar