Chapter 6
Keputusan Dhika
“Dhika kenapa kamu lakukan ini?” Syafa masih mencoba mencari tahu. Dhika tersenyum getir, menatap gadis yang kini duduk di sampingnya. Betapa berat melepas gadis itu, bagaimanapun juga Syafa sangat berarti dalam kehidupannya. Gadis itu membawa perubahan besar dalam hidupnya. Dan kini haruskah ia lepas? Dia memang salah memasuki ruang di antara mereka berdua. Dia menjadi penghalang bagi cinta Syafa dan Marvel.
Sungguh Dhika takkan pernah sanggup, menjadi benalu pada pohon yang telah memberinya tempat untuk hidup. Dan dia telah memutuskan untuk pergi dari sisi Syafa, walaupun itu akan terasa pahit bagi hati dan pikirannya.
Tapi harus bagaimana lagi? Ia tak ingin melukai perasaan Marvel, walaupun besar rasa cintanya pada Syafa.
“Ini nggak adil! Aku tulus mencintaimu! Aku memang pernah punya kenangan bersama Marvel. Tapi itu sudah menjadi bagian dari masa lalu!” tegas Syafa memberi keyakinan.
“Benarkah? Lalu apakah aku pantas disebut sebagai sahabat? Bahagia dengan cintaku, sementara hati sahabatku terluka? Apa kata orang nanti?” ucap Dhika tapi hanya dalam hati. Ia tidak ingin semakin melukai Syafa. Walaupun hatinya sekarang ini benar-benar terpuruk.
Kini Dhika telah meninggalkan mereka berdua menempuh jalannya sendiri. Tapi mengapa Syafa belum mampu melupakan Dhika? Dan Marvel tak pernah mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang menyelubungi hatinya.
“Tidak bisakah kita renda kembali tali kasih cinta kita?” tanya Marvel penuh asa. Syafa menggeleng lemah.
Perlahan kepalanya terangkat dan matanya menatap Marvel pedih.
“Aku tidak bisa lagi mencintaimu. Cinta itu entah kapan telah berlalu dari hatiku.”
“Tapi kalian juga tidak mungkin bersama lagi! Marvel telah meninggalkanmu, tidakkah itu cukup sebagai alasan agar kamu melupakan dia?”
“Tidak peduli dia ada di mana, aku akan tetap menunggunya. Aku yakin dia akan berlabuh di hatiku.”
Pedih! Itu yang dirasakan Marvel saat dengan tegas Syafa mengucapkan semua itu. Jika memang itu keputusan Syafa, berhakkah dia melarangnya?
Cinta datang tanpa diminta pergi pun tanpa kita tahu. Walau jalan cinta penuh dengan kerikil-kerikil tajam, tapi banyak yang berhasil melaluinya. Dan Marvel punya harapan yang begitu besar. Berharap suatu saat nanti, Syafa mampu menghilangkan kerikil-kerikil tajam itu untuk mendapatkan cinta sejatinya.
Keputusan Dhika
“Dhika kenapa kamu lakukan ini?” Syafa masih mencoba mencari tahu. Dhika tersenyum getir, menatap gadis yang kini duduk di sampingnya. Betapa berat melepas gadis itu, bagaimanapun juga Syafa sangat berarti dalam kehidupannya. Gadis itu membawa perubahan besar dalam hidupnya. Dan kini haruskah ia lepas? Dia memang salah memasuki ruang di antara mereka berdua. Dia menjadi penghalang bagi cinta Syafa dan Marvel.
Sungguh Dhika takkan pernah sanggup, menjadi benalu pada pohon yang telah memberinya tempat untuk hidup. Dan dia telah memutuskan untuk pergi dari sisi Syafa, walaupun itu akan terasa pahit bagi hati dan pikirannya.
Tapi harus bagaimana lagi? Ia tak ingin melukai perasaan Marvel, walaupun besar rasa cintanya pada Syafa.
“Ini nggak adil! Aku tulus mencintaimu! Aku memang pernah punya kenangan bersama Marvel. Tapi itu sudah menjadi bagian dari masa lalu!” tegas Syafa memberi keyakinan.
“Benarkah? Lalu apakah aku pantas disebut sebagai sahabat? Bahagia dengan cintaku, sementara hati sahabatku terluka? Apa kata orang nanti?” ucap Dhika tapi hanya dalam hati. Ia tidak ingin semakin melukai Syafa. Walaupun hatinya sekarang ini benar-benar terpuruk.
Kini Dhika telah meninggalkan mereka berdua menempuh jalannya sendiri. Tapi mengapa Syafa belum mampu melupakan Dhika? Dan Marvel tak pernah mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang menyelubungi hatinya.
“Tidak bisakah kita renda kembali tali kasih cinta kita?” tanya Marvel penuh asa. Syafa menggeleng lemah.
Perlahan kepalanya terangkat dan matanya menatap Marvel pedih.
“Aku tidak bisa lagi mencintaimu. Cinta itu entah kapan telah berlalu dari hatiku.”
“Tapi kalian juga tidak mungkin bersama lagi! Marvel telah meninggalkanmu, tidakkah itu cukup sebagai alasan agar kamu melupakan dia?”
“Tidak peduli dia ada di mana, aku akan tetap menunggunya. Aku yakin dia akan berlabuh di hatiku.”
Pedih! Itu yang dirasakan Marvel saat dengan tegas Syafa mengucapkan semua itu. Jika memang itu keputusan Syafa, berhakkah dia melarangnya?
Cinta datang tanpa diminta pergi pun tanpa kita tahu. Walau jalan cinta penuh dengan kerikil-kerikil tajam, tapi banyak yang berhasil melaluinya. Dan Marvel punya harapan yang begitu besar. Berharap suatu saat nanti, Syafa mampu menghilangkan kerikil-kerikil tajam itu untuk mendapatkan cinta sejatinya.
TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.dindasweet-86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar