Chapter 11
Jadi Selama ini, Dia???
“Sheila ada yang mau aku bicarakan sama kamu. Hmmm… oh, ya hari ini, hari terakhir kerjasama perusahaan kita kan?” Daniel membuka pembicaraan mengisi ruang sepi diantara mereka.
“Hmmm... hari minggu ini datang ya ke rumahku, ke acara pernikahanku hari itu,” Daniel memberitahu dengan berat hati, ke gadis yang mulai mencuri hatinya itu.
“Hah..! Acara pernikahan lo?”
“Yup…” jawab Daniel singkat.
“Loh koq’ bisa sama sih, gue juga sebenarnya baru mau ngundang lo ke acara pernikahan gue minggu ini juga, tapi sorry ya undangannya udah habis jadi gue undang langsung aja nggak pa-pa’ kan?” Sheila memberitahu.
Mereka saling berpandangan satu sama lain, kebetulan apakah ini? Entahlah....
“Sheila mungkin ini pertemuan kita yang terakhir, ada sesuatu yang mau aku katakan ke kamu, aku tahu mungkin ini nggak pantas, tapi aku harus katakan ini…”
“Hmmm apaan sih?”
“Aku mencintaimu…”
“What...!!” Sheila terkejut,
“Mimpi apa gue semalem.” Batinnya.
“Aku mencintaimu sheila…” ungkap Daniel tulus.
“Daniel thanks, karena Lo udah mencintai gue, dan sebenernya gue juga punya perasaan yang sama ke lo tapi sekarang semua itu udah nggak penting lagi? kita bakalan punya kehidupan sendiri, buat gue sekarang perasaan itu nggak penting, yang penting sekarang adalah mewujudkan harapan, harapan keluarga gue.” panjang lebar Sheila memjawab. Memang ia juga punya perasaan yang sama pada pemuda dihadapannya itu, ia pun tidak sadar bila perasaan itu tumbuh tapi baginya sekarang semua itu tidak perlu lagi, ia akan jadi milik orang lain.
Di hadapan Sheila, Daniel hanya tertunduk. Dirinya pasrah dengan permainan takdir, dan malam itulah pertemuan terakhir mereka, setelah itu tidak ada lagi sms atau telpon dari pemuda itu...
***
“Sya..” panggilan itu memecahkan lamunan Sheila.
“Ah sempat-sempatnya lagi gue melamun mengingat-ingat hari itu,” Sheila mengeluh perlahan.
“Natasya duduk yang manis sedikit, sebentar lagi Julian akan memasangkan cincin pernikahan ke jari manis kamu.” Mbak Anda-penata rias Sheila berbisik perlahan di telinganya menegur tingkah lakunya.
Dari ekor matanya Sheila melihat ada sesosok tubuh berbaju pengantin dengan warna senada dengan dirinya-putih melangkah mendekatinya. Tapi, langkah kaki sesosok tubuh itu seketika berhenti tidak jauh darinya. Memang dalam adat mereka ijab kabul dilakukan secara terpisah, mempelai pria dan wanitanya di dalam ruangan yang berbeda. Setelah ijab kabul sah, barulah mempelai pria mendatangi mempelai wanita untuk memakaikan cincin pernikahan.
“Eh Julian ngapain kamu bengong saja disitu? Ayo, Cepat pakaikan cincin itu pada Natasya.” Terdengar suara Mbak Anda menegur.
Langsung saja Sheila Natasya mendongakkan kepalanya tidak sabar melihat siapakah gerangan suaminya itu. Pandangan mata mereka bertemu, mereka terpaku seketika.
“Lo...!” jerit Sheila.
“Kamu...!” Danniel amat sangat terkejut...
“Sheila apa-apaan kamu panggil Daniel dengan “Lo”. Panggillah yang sopan sedikit, dia itu suami kamu...” Ibu Mirna menegur.
Sheila Natasya sudah tidak peduli lagi apa kata orang, ia langsung berdiri, berlari ke arah Daniel, dipeluknya tubuh lelaki itu dan Daniel pun membalasnya dengan menggendongnya.
“Oh... kelihatannya pengantin kita ini sudah tidak sabar lagi,” terdengar suara-suara sumbang para tamu mengusik.
Daniel pun menggiring Sheila Natasya duduk di pelaminan, sebuah cincin di pasangkannya di jari manis Sheila kemudian ia tunduk mengecup kening Sheila dan sebaliknya pun Sheila memasangkan cincin di jari manis Daniel dan mencium tangannya.
“Kenapa aku tidak merasa kalau si Natasya ini Sheila, kalau saja aku tahu tidak mungkinlah aku merana seperti ini,” bisik hati Daniel.
“Aduh Daniel rupanya si Julian... gue udah kecewa berat kalau ingat kami berdua tidak berjodoh.
“Aku mencintaimu Daniel.” Sheila berbisik lembut pada telinga pemuda itu dan pemuda itu pun tersenyum lebar mendengarnya.
“Aku juga mencintaimu Sheila.” Sahut Daniel dengan mesra.
Forgetting Sarah Marshall
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar