Chapter 2
Hari ’H’
Suara Raditya bergetar. “Saya terima nikah dan kawinnya Kirana Seruni Mentari binti Burhan Pramono dengan mas kawin tersebut, tunai.”
“Wajahnya kelihatan sedikit pucat. Berapa lama dia tidur semalam? Apa dia juga terjaga berjam-jam dalam gelap, memikirkan lelucon terbesarnya, Seperti gue yang ngelamun nyaris sepanjang malam tadi!” Batin Kirana.
Ibu Kirana meneteskan air mata sementara senyum lebar memenuhi wajahnya. Ibu Raditya, walau menyaksikan dari kursi rodanya, juga tampak bahagia. Seharusnya Kirana juga bahagia hari ini. Raditya juga, mungkin dengan orang-orang lain. Bukannya diam-diam mencatat seperti seorang Ilmuwan yang sedang melakukan sebuah penelitian, Meneliti perasaannya sendiri, reaksi para tamu, wangi melati atau bagaimana wajah Pak penghulu.
“Tenang Kirana ini cuma Simulasi, jangan lupa itu. Suami baru simulasi.” Batin Kirana.
Pak Penghulu menyuruh Kirana menyalami Suami barunya. Tangan Aditya dingin. Ekspresi wajahnya aneh, kedua matanya gemerlapan dengan rasa takjub, saat Kirana mendongak setelah mencium jemarinya. Aditya mengecup dahi Kirana dengan bibirnya yang nyaris putih. Lalu mereka berdua duduk berdampingan mendengarkan petuah Pak penghulu, Raditya menunduk menatap pantalón putihnya dan mata Kirana terpaku pada kain batiknya.
Akhirnya Kirana memberanikan diri untuk berbisik, “Lo pucat banget Dit.”
“Gue Laper Ran. Gue nggak sempet sarapan tadi pagi.”
“Kenapa, Lo terlalu nervous ya?”
“Nggak, gue telat bangun. Gue nonton bola sampe subuh.”
Kirana hanya menanggapi dengan senyuman.
“Gimana gue tadi?” Bisik Raditya.
“Sangat meyakinkan. Berapa lama lo latihan?”
“Cuma bentaran doang, tadi pagi waktu ganti baju. Catatan yang lo kasih kecuci ma celana kerja gue.”
“Ah, Radit…Radit. Menikah dengannya tidak akan pernah membosankan, Batin Kirana. Ok SIMULASI. Menikah Simulasi dengannya tidak akan membosankan, Koreksinya.”
Forgetting Sarah Marshall
14 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar