Chapter 6
Permintaan Tasya
Indra menghampiri Tasya dan duduk dihadapannya.
”Kenapa Sya? Aku salah ngomong ya? Aku minta maaf, aku nggak maksud...”
”Nggak Ndra, kamu nggak punya salah apa-apa sama aku.”
”Terus, kenapa kamu nangis?”
”Ndra, kalo’ apa yang Mamaku bilang itu bener-bener terjadi... gimana?”
”Tasya, jangan ngomong kaya’ gitu ah. Sekarang kan’ kamu baik-baik aja. Buktinya kamu sekarang ada disini dihadapanku.”
”Ndra, aku mau ngomong sama kamu. Sebenernya seminar yang mau aku hadiri besok ditunda sampai bulan depan. Tapi aku tetep mau ke Jakarta, kesini ketemu kamu. Walaupun Cuma sebentar aja. Aku minta maaf ya, kalo’ aku punya salah sama kamu? Maafin aku ya, Ndra?”
”Tasya... kamu nggak punya salah apa-apa sama aku. Kalo’ pun ada, dari awal aku sudah maafin kamu sayang.”
Dada Indra sudah terasa sesak, ingin rasanya juga ia menangis. Tetapi karena ingin membuat Tasya tegar, ia menahan air matanya.
”Ndra, kamu sayang nggak sama aku???”
”Nggak perlu kamu ragukan lagi cintaku sama kamu, Sya. Aku sayang sama kamu. Aku sangat mencintaimu, Sya. Setiap hari aku selalu memikirkanmu, aku selalu merindukan senyumanmu itu.”
”Aku boleh minta tolong nggak, Ndra?”
”Apapun itu Sya, aku akan melakukannya untukmu.”
”Temui Mamaku besok, bisa?”
”Baiklah besok sore aku berangkat ke Bandung.”
”Jangan sore, tapi besok pagi habis subuh.”
”Hah??? Tapi...”
”Aku nggak bisa lama-lama, Ndra. Aku harus pergi, aku masih punya banyak urusan yang harus kuselesaikan. Lagian nggak baik kalo’ kita Cuma berduaan aja di rumah ini. Sebelum itu, aku mau ngasih kamu sesuatu...”
Permintaan Tasya
Indra menghampiri Tasya dan duduk dihadapannya.
”Kenapa Sya? Aku salah ngomong ya? Aku minta maaf, aku nggak maksud...”
”Nggak Ndra, kamu nggak punya salah apa-apa sama aku.”
”Terus, kenapa kamu nangis?”
”Ndra, kalo’ apa yang Mamaku bilang itu bener-bener terjadi... gimana?”
”Tasya, jangan ngomong kaya’ gitu ah. Sekarang kan’ kamu baik-baik aja. Buktinya kamu sekarang ada disini dihadapanku.”
”Ndra, aku mau ngomong sama kamu. Sebenernya seminar yang mau aku hadiri besok ditunda sampai bulan depan. Tapi aku tetep mau ke Jakarta, kesini ketemu kamu. Walaupun Cuma sebentar aja. Aku minta maaf ya, kalo’ aku punya salah sama kamu? Maafin aku ya, Ndra?”
”Tasya... kamu nggak punya salah apa-apa sama aku. Kalo’ pun ada, dari awal aku sudah maafin kamu sayang.”
Dada Indra sudah terasa sesak, ingin rasanya juga ia menangis. Tetapi karena ingin membuat Tasya tegar, ia menahan air matanya.
”Ndra, kamu sayang nggak sama aku???”
”Nggak perlu kamu ragukan lagi cintaku sama kamu, Sya. Aku sayang sama kamu. Aku sangat mencintaimu, Sya. Setiap hari aku selalu memikirkanmu, aku selalu merindukan senyumanmu itu.”
”Aku boleh minta tolong nggak, Ndra?”
”Apapun itu Sya, aku akan melakukannya untukmu.”
”Temui Mamaku besok, bisa?”
”Baiklah besok sore aku berangkat ke Bandung.”
”Jangan sore, tapi besok pagi habis subuh.”
”Hah??? Tapi...”
”Aku nggak bisa lama-lama, Ndra. Aku harus pergi, aku masih punya banyak urusan yang harus kuselesaikan. Lagian nggak baik kalo’ kita Cuma berduaan aja di rumah ini. Sebelum itu, aku mau ngasih kamu sesuatu...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar