Chapter 2
Perasaan Itu Datang Lagi
”Lambat sekali waktu hari ini berlalu... Seandainya saja Tasya kembali tepat waktu, malam ini aku pasti masih sempat ketemu dia.” Indra mengomel sendiri. Dilihatnya sekali lagi jam dinding yang menunjukkan pukul 8 Malam. Kemudian ia bengkit dari sofa di ruang TV yang didudukinya sejak pukul 5 sore tadi. Dengan perasaan gelisah ia hanya mondar-mandir sambil menggenggam HPnya.
Perasaan Itu Datang Lagi
”Lambat sekali waktu hari ini berlalu... Seandainya saja Tasya kembali tepat waktu, malam ini aku pasti masih sempat ketemu dia.” Indra mengomel sendiri. Dilihatnya sekali lagi jam dinding yang menunjukkan pukul 8 Malam. Kemudian ia bengkit dari sofa di ruang TV yang didudukinya sejak pukul 5 sore tadi. Dengan perasaan gelisah ia hanya mondar-mandir sambil menggenggam HPnya.
Dengan langkah sedikit gelisah ia menuju ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Mungkin saja dengan mencuci mukanya perasaan gelisah itu akan hilang. Diambilnya handuk berwarna biru yang tergantung di balik pintu kamar mandi dan diusapkannya ke wajahnya.
Setelah selesai mencuci muka, ia kembali duduk di tempat semula, di sofa ruang TV. Ruang dimana semua keluarga besar akan berkumpul bila datang kerumahnya. Tempat dimana ia dan Tasya menghabisakan waktu hanya untuk mengobrol.
Jarum jam terus berdetak dan menunjukkan pukul 9 malam. Indra masih saja duduk di sofa dengan tangan yang terus sibuk mengutak-atik Hpnya. Terus mencoba menghubungi Tasya.
Sekumpulan awan hitam yang menutupi sebagian ruang langit sejak sore tadi mulai menyirami bumi dengan air hujannya. Sesekali suara petir menggelegar yang menimbulkan suasana mencekam.
”Deg... degdeg... deg... degdeg...” Tiba-tiba detak jantungnya berdebar kencang lagi.
”Ya Tuhan... Selamatkanlah perjalanan tunangan hamba, Tasya.” Tiba-tiba air mata Indra menggenang di kelopak mata. Diusapkannya kedua tangannya ke wajah. Ditengadahkannya kepala sambil menarik napas perlahan-lahan hingga benar-benar menusuk rongga dada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar