Rabu, 06 Januari 2010

Sketsa Ungu Keping Hati (4)

Chapter 4
Acara Ultah Buat Melati


Melati bukannya tidak maklum akan maksud teman-temannya yang mencegahnya agar jangan pulang sekarang. Diaa sadar apa yang tengah direncanakan dengan sembunyi-sembunyi untuknya. Samar-samar dia pernah mendengar bisik-bisik tentang itu. Tidak cukup jelas sebenarnya, tapi sudah cukup membuatnya mengerti bahwa semua itu ada hubungannya dengan ulang tahunnya.

Ulangtahun!

Dalam kesendiriannya di bus yang melaju kencang, Melati menggigil mengeja kata itu. Seluruh dirinya seakan dibungkus hawa dingin yang aneh. Membuatnya seolah terlempar ke benua tak berpenghuni dimana hanya keasingan dan keterpencilan diri yang menemani.

Tapi mungkinkah itu?

Sementara sesosok tubuh kering yang senantiasa dijumpainya dalam keadaan mengenaskan tak mungkin dibiarkannya pergi. Lebih tak mungkin bila dia yang harus lari menghindar. Yah, tak mungkin. Karena dari sosok ringkih itulah dia pernah merasakan kemanjaan dan kasih sayang yang hangat. Karena sosok ringkih itu dipanggil dengan sebutan, Mama.

Sumpah mati!

Melati tak pernah membayangkan akan menjumpai hari-hari seungu ini dalam rentang kehidupannya. Tersirat dalam mimpi pun tidak. Hari-hari sebelum peristiwa laknat itu dijalaninya dengan riang. Ada Papa yang hangat, Mama yang lembut, Bang Dhika yang kocak, Kak Aurel yang penuh pengertian. Semua itu adalah karunia baginya. Tapi rasanya “neraka” ada di mana-mana. Si Jahat itu berkesempatan mengintip dunianya yang semarak dan merasa syirik karenanya. Lantas ditiupkannya prahara itu. Seorang bocah bernama Indra dan Tante Natasya Permata yang parasnya secantik setan tiba-tiba saja sudah hadir dalam kehidupan Adrian Yudhistira-Papanya. Dan layar kehidupan yang penuh warna-warni pelangi pun mendadak harus berganti dengan kabut sehitam malam.

Melati masih mengingat semuanya dengan jelas. Demikian jelas, seolah baru terjadi sejam yang lalu. Padahal kejadiannya sudah setengah tahun yang lalu.

Saat itu ia tiba-tiba dihinggapi keisengan untuk menyusul Papanya ke kantor.

Sebenarnya itu tidak perlu. Toh nanti sore juga Papa pasti akan pulang. Namun keinginan untuk sesekali memberikan kejutan pada Papa demikian kuat menggoda. Dan selain itu ia memang membawa sebuah cerita seru. Tentang kehadiran seorang Marvel pada ruang yang paling istimewa di hatinya!

Melati tahu, ia sudah terlalu lancang. Mengusik kesibukan Papa. Itu tak pernah terjadi dalam lingkungan mereka. Bahkan Rossa Anastasya-Mamanya sendiri pun tak pernah melakukannya. Dan untuk kelancangannya itu ia memperoleh ganjaran yang jauh lebih kejam.

Di ruang kerja Papanya dijumpainya seorang anak kecil tengah asyik bermain-main. Matanya bening. Pipinya montok menggemaskan. Melati sudah hendak mencoleknya ketika celoteh bocah itu tiba-tiba memukaunya di tempat. Anak itu memanggil Papanya dengan sebutan yang persis sama dengan kebiasaannya! PAPA!!!

Ia tertegun!

Lantas matanya mencari wajah Papanya. Laki-laki yang dikaguminya itu pun menatapnya, tapi dengan ekspresi yang lain sama sekali. Penuh keterkejutan. Dan terbongkarlah semuanya!

Melati merasa dunianya runtuh seketika. Tak ada lagi yang tersisa. Kekagumannya pada Papanya mendadak lenyap disapu kebencian. Pengkhianatan Papanya yang tersembunyi demikian lama itu tak pernah bisa ia maafkan. Hatinya tertutup sudah. Terlebih ketika sebuah kenyataan pahit lagi-lagi tersaji di hadapannya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar